Gunung Bromo adalah satu destinasi wisata yang ada di Indonesia. Gunung ini berlokasi di Jawa Timur, tepatnya dikelilingi oleh 4 Kabupaten yaitu Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Malang. Karena Bromo terletak di perbatasan Kabupaten tersebut.
Gunung Bromo termasuk salah satu Gunung berapi di Jawa Timur, gunung yang satu ini sangat popular dan disukai banyak orang, tidak hanya menawarkan pesona alam yang indah namun, Gunung Bromo mempunyai keunikan tersendiri. Jadi, tak heran jika banyak wisatawan dari domestik hingga mancanegara melakukan kegiatan wisata di sini
Di Gunung Bromo kita akan disuguhkan pesona alam yang indah, seperti sunrise yang begitu menakjubkan jika diihat dari Puncak Penanjakan. Selain itu kita dapat mendaki anak tangga Gunung Bromo untuk melihat lubang kawah Bromo yang selalu aktif mengeluarkan asap putih belerang.
Setiap daerah pasti memiliki keunikan tersendiri. Begitu pula dengan Gunung Bromo, selain mempunyai wisata yang indah Gunung Bromo juga mempunyai keunikan tersendiri dari kebudayaan orang sekitar Gunung Bromo yakni Suku Tengger
Suku yang bermayoritaskan beragama Hindu ini mempunyai kebiasaan yang unik yaitu bangun dini hari untuk membawa sayur-mayur ke pemukiman dengan berjalan kaki. Uniknya, aktifitas ini dilakukan oleh perempuan asli Suku Tengger.
Suku Tengger juga mempuyai kebiasaan upacara adat yaitu upacara yadny kasada, upacara ini dilakukan setahun sekali pada saat bulan purnama, upacara ini merupakan wujud persembahan Suku Tengger terhadap Sang Hyang Widhi.
Upacara adat Kasada ini mempunyai makna tersendiri yaitu untuk memperoleh berkah, tolak bala atau malapetaka. Upacara ini sebagai wujud rasa syukur atas karunia Tuhan terhadap Suku Tengger. Suku Tengger memiliki arti “pegunungan“ dan juga ada yang mengatakan bahwa pengger berasal dari kata penggering yang artinya berbudi pekerti luhur. Upacara inilah yang menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan.
Sejarah Tradisi Upacara Adat Kasada Hanya Ada di Gunung Bromo
Upacara adat Kasada adalah sebuah ritual sesembahan berupa persembahan sesajen kepada Sag Hyang Widhi dan para leluhur, kisah Rara Anteng putri dari kerajaan Majapahit dan Jaka Seger putra dari Brahmana. Suku Tengger diambil dari nama belakang Rara Anteng dan Jaka Seger.
Pada abad 16 Kerajaan Majapahit diserang oleh Kerajaan Islam yang dipimpin oleh Raden Patah. Kemudian Raja Majapahit memperintahkan putrinya yaitu Rara Antengg untuk pergi bersama Jaka Seger karena Majapahit akan dikalahkan oleh kerajaan Islam.
Setelah diperintahkan ooleh ayahnya, Rara Anteng dan Jaka Seger lari kearah Timur. Sampai akhirnya mereka berdua digunung berapi yang diberi nama oleh Jaka Seger Bromo yang diambil dari bahasa sansekerta yaitu Brahma. Brahma sendiri merupakan salah seorang Dewa utama darii agama Hindu.
Setelah mereka tinggal di sekitar Bromo mereka membangun sebuah pemukiman atau desa dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger yang memiliki arti Penguasa Tengger yang Budiman.
Setelah bertahun-tahun menikah mereka juga belum dikaruniai keturunan. Akhirnya Jaka Seger dan Rara Anteng bersemedi kepada Sang Hyang Widhi. Sesudah mereka bersemedi terdengar suara gemuruh dari Gunung Bromo yang menandakan bahwa doa mereka akan dikabulkan.
Jaka Seger sangat senang sehingga dia tidak sadar bahwa dia bersumpah jika dia dikaruniai keturunan dia akan menumbalkan anaknya yang terakhir/bungsu. Rara Anteng yang mendengar kata suaminya itu kemudian menegur Jaka Seger. Jaka seger pun menyesal kenapa bisa berkata seperti itu. Namun mau bagaimana lagi sumpah telah diucapkan oleh Jaka Seger.
Bertahun lamanya Jaka Seger dan Rara Anteng dikaruniai keturunan sepuluh anak putra putri. Akhirnya, Gunung Bromo menagih janji kepada Jaka Seger, gunung aktif ini meletus dengan hebatnya, Lava yang turun dari puncak Gunung Bromo menandakan bahwa gunung ini benar-benar marah.
Semua penduduk Tengger mengungsi terkecuali Jaka Seger dan kelurganya. Jaka seger tahu bahwa Bromo menagih janjinya. Jaka Seger dan Rara Anteng pun bingung harus bagaimana, akhirnya Jaka seger daan Rara Anteng berbicara kepada semua anaknya. Bahwa si bungsu harus dikorbankan.
Alhasil anak-anak dari Jaka Seger dan Rara Anteng menangis terkecuali si bungsu. Dia mau dikorbankan karena dia tidak mau semua nyawa penduduk Tengger dan keluarganya diambil oleh Gunung Bromo. Oleh sebab itu si Bungsu berkata “ aku akan mengorbankan diriku untuk keselamatan semua orang, sebagai gantinya maka setiap tahun bawa hasil bumi atau ternak ke kawah gunung”.
Kemudian si bungsu berjalan ke arah puncak Bromo dan menyeburkan dirinya ke dalam mangkuk kawah, dan seketika itu Bromo berhenti meletus dan menyeburkan lavanya. Itulah kisah Rara Anteng dan Jaka Seger. Masyarakat Tengger sangat mempercayai kisaah itu hingga saat ini.
Upacara Adat Suku Tengger, orang Gunung Bromo
Upacara ini yang menjadi daya tarik dari wisatawan domestik dan mancanegara. Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Hindu dan dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Kasada atau bulan ke sepuluh. Masyarakat Tengger memberikan seserahan hasil bumi dan hewan ternak lalu dibawa ke Gunung Bromo. Upacara ini bertujuan untuk meminta keselamatan dan berkah.
Siapa Saja Pemburu Sesaji Kasada
Pemburu Sesaji Kasada adalah Wisatawan yang datang di Gunung bromo dan warga Tengger. Mereka rela berdesakan dan lari-lari di lereng Gunung Bromo hanya untuk mengambil sesaji yang dilempar ke kawah Gunung Bromo tanpa memperdulikan bahwa mereka sedang diatas kawah Gunung Bromo yang memiliki kemiringan tebing 30 derajat.
Fakta Upacara Adat Yadnya Kasada
Setiap tahun upacara Yadnya selalu dinantikan oleh banyak wisatawan. Sebuah ritual yang dipercayai sebagai terhindar dari malapetaka, inilah fakta-fakta dari upacara adat Yadnya Kasada
- Dilakukan dengan nglarung sesaji
Warga melarung hasil bumi dan ternak kedalam kawah bromo yang bertujuan untuk terhindar dari malapetaka.
- Sesaji ini berupa hasil bumi, mulai dari hasil pertanian, perkebunan, ternak hewan dan masih banyak lagi
Sesaji yang dilarung ini merupakan hasil kekayaan Suku Tengger setiap tahunnya. Hal ini merupakan bentuk syukur Suku Tengger atas nikmat dan rezeki yang didapat selama satu tahun.
- Diperebutkan oleh banyak orang
Sesaji ini diperebutkan oleh banyak orang setelah dukun, tokoh masyaraat dan warga Suku Tenger memanjatkan doa meminta keselamatan, keberkahan dan kesejahteraan. Sebelum sesaji dilempar kekawah, sesaji tersebut diletakan di bibir kawah. Diatas makanan ini, dupa ditancapkan dan dinyalakan.
- Tetap dilakukan tanpa kompromi
Ritual Yadnya Kasada akan terus dilakukan apapun kondisinya. Warga setempat mempercayai bahwa ritual gunung ini harus tetap dilakukan meski status gunung sedang waspada, erupsi, turun hujan deras maupun angina kencang.
- Dilaksanakan berdasarkan legenda Rara Anteng dan Jaka Seger
Kisah Rara Anteng dan Jaka Seger yang bersemedi untuk meminta keturunan kepada Sang Hyang Widhi. Kemudian terdengar suara gemuruh dari gunung bromo, yang menandakan bahwa permintaan Jaka Seger dikabulkan, Jaka Seger pun bersumpah bahwa jika dia dikaruniai keturunan dia akan menumbalkan anak terakhir mereka.
Setelah bertahun-tahun kemudian Jaka Seger dan Rara Anteng dikaruniai sepuluh anak putra putri. Akhirnya gunung bromo menagih janji dari Jaka Seger Gunung Bromo meletus dengan hebatnya seakan-akan dia marah kepada Jaka Seger, lalu Jaka Seger menceritakan kepada semua anaknya. Akhirnya anak bungsu Jaka Seger berjalan ke puncak Bromo dan menyeburkan dirinya ke mangkuk kawah Bromo. Hingga sekarang masyarakat Tengger masih mempercayai kisah itu.
Itulah sedikit ulasan tentang keunikan Gunung Bromo dan masyarakat Suku Tengger. So, gunung bromo tidak pernah sepi malah semakin hari semakin bertambah wisatawannya, apalagi pada saat musim liburan, orang-orang akan rela berdesak-desakan hanya untuk berkunjung kesini.
Ingin berkunjung ke Bromo?
Tapi bingung cari Travel?
Yuk mampir di Eksotikaindonesia.com disini kami melayani paket Wisata Bromo dan destinasi lainnya yang nggak kalah menarik di sekitar Malang Jawa Timur. Sampai jumpa diartikel selanjutnya…